Minggu, 21 April 2013

Trip To Papandayan


H-2
Masih terasa beban ini tak tahu kapan kelarnya konsep interior untuk sebuah kantor berlantai 6. Ini tidak semudah dari lantai 1-4 ada something yang berbeda, ruang yang berbeda karena akan ditempati para boss besar mereka, jelas terpampang di denah rancangannya. Email dari seorang teman masuk tepat saya berada dijalur buswey dengan lelahnya duduk di mobil besar ini, semua terlihat lelah begitulah tiap harinya yang mungkin saja seperti ini sepanjang hari demi hari.
Email yang berisi susunan dan list rencana keberangkatan ke Papandayan, semua terasa jelas tersusun apa saja yang harus dpersiapkan. Saya pikir ini sangat penting buat kami khususnya saya sebagai pemula untuk gunung di pulau jawa ini, meski saya pernah sekali mendaki gunung dikampung halaman saya Makassar tepatnya Ramma Malino. Tapi sekonyong-konyongnya saya masih belum hafal betul persiapan apa yang sebaiknya dan wajib untuk disiapkan, maklum selalu ada teman yang berpengalaman bersama kami jadi sedikit ada ketergantungan.
Lepas dari itu masih ada kekhawatiran bercampur gundah apakah ini bisa berjalan lancar ataupun tidak sama sekali. Waktu begitu sempit dan persiapan belum fix betul dtambah tanggung jawab masalah pekerjaan dan fisik yang sebetulnya kurang siap. Masih jelas teringat begitu sulitnya menggapai puncak Ramma padahal sudah 2 minggu saya melakukan persiapan TC tapi nafas ini masih sulit rasanya. Mengingat ini medan baru yang akan dtempuh dan fisik saya kurang siap untuk itu hanya bermodal niat dan tekad bisa sampai dpuncak kelak. Siap-siap tahan fisik.
''Jumat - Minggu, 1 - 3 Maret 2013
Perlengkapan pribadi:
  1. Baju Kaos 3 pasang ( 1 yang dibadan, itu tommi dipake treking, 1 buat tidur, satu buat jaga2 klo basah)
  2. 2. Celana 3 pasang ( 1 yang dibadan, itu tommi dipake treking, 1 buat tidur
    bagus kalo trening, satu buat jaga2 klo basah)
  3. Sapa tau ada baju andalannu, contona baju PDH nu wattu menjabat bawami,
    klo kita ana Mapala biasa bawa sragam lapangan ato PDH.
  4. Jas Hujan/ponco
  5. Sleeping Bag (wajib, cari penyewaan)
  6. Matras (wajib, cari tempat sewa)
  7. Sarung
  8. Sandal jepit (dengan asumsi bawako sepatu buat treking, klo pake sandal
    gunungko, bawa buat jaga2 putus sandalmu.
  9. Sepatu treking (optional)
  10.  Kaos kaki (minimal 3 pasang sama yang di kaki)
  11. Sarung tangan (saya sarankan bawa, beli saja yang bahan wol harga 5000
    di pinggir jalan, bagus mitu)
  12. Topi (optional, biasa panaski)
  13. Headlamp (bisa juga senter, tapi lebih   bagus klo headlamp, sewa miko juga klo ada)
  14. Jaket, pakaian hangat.
  15. Alat makan (sendok, piring, gelas)
  16. korek gas sama korek kayu)
  17. alat mandi
  18. kantong Sampah (trash bag yang besar. bawa juga secukupnya kantong
    plastik buat pakaian kotor dan basah)
  19. Obat pribadimu klo ada penyakit akutmu bawaki, ada minyak gosok mu
    bawaki juga. Minyak angin juga.
  20. Pisau''
Dan terakhir dipenghujung isi email ini' BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM,mudah-mudahan dberkahi perjalanan ta'.amin
*gaya dialek khas Makassar

H-1
Sayup-sayup terasa mata ini,tapi harus segera bangkit dari pembaringan untuk bergegas bergerak, ini kebiasaan rutin sejak 28 November 2012 saya memulai aktifitas ini.
'jumat besok saya akan kePapandayan'' sambil menggenakan sepatu saya menyampaikan niat saya kepada kakak saya.
''bisajiko?bagaimana dengan kerjaanmu?'' logat khas Makassar kemudian keluar dari mulut kakak saya. Sangat sadar dari benak ini dia adalah pengganti orang tua saya selama tinggal bersamanya, yang mana baik dan tidak untuk saya lakukan selalu jadi nasihat buat saya.
''sudahmi saya atur sama teman kantor, i.Allah bisaji''. Perkataan 'bisaji' terasa menohok dikepala ini mengingat persiapan fisik saya yang kurang siap ditambah bawaan sakit mag yang diderita.
Selalu angan-angan dan semangat untuk bisa melalui pendakian ini membuyarkan kekhawatiran ini. Tekat dan niat kuat akan selalu ada motivasi untuk maju.
Berselanjar didunia maya terasa begitu dekat semua hal tentang dunia kita ini. Dalam sekecap saja informasi mengenai gunung Papandayan sangat begitu detil dijelaskan, bahkan foto-foto mengenai gunung tersebut serasa ingin segera menyentuhnya secara langsung, tak sabar rasanya. Ada sedikit yang membuat hati ini terasa tenang, mesin pencari google memberikan hasil semua tentang Papandayan, ada tagline menarik disana 'Papandayan cocok untuk para pendaki pemula'.
Catatan bekal perjalanan telah tercatat dengan baik, salinan dari email yang masuk dari teman dengan rapi saya menulisnya, ini sangat penting supaya tidak ada yang kurang. Terkadang mencatat hal-hal yang ingin kita kerjakan itu lebih baik karna secara tidak langsung kita berdisiplin dengan apa yang kita kerjakan pastinya lebih efektif.
Kertas putih dengan logo @work berlatar merah disudut kanan atas jadi coretan untuk catatan ini. Pukul 18.00 waktu rutin diperusahaan ini untuk kembali kerumah. Hal itu terkadang bisa dinikmati tepat wktu untuk beranjak pulang jikalau tidak ada hal penting lagi untuk dikejar esok harinya, dan itu tidak berlaku pada saya saat ini, mash bergelut dengan konsep desain lantai 5 yang harus bisa rampung, ini mulai terasa sulit sejak konsep tak tahu arahnya. Moods dan desain yang saya sodorkan kepadanya selalu mental. Terkadang sangat ambigu maksud yang dia inginkan dari kosep ini, berbagai metode saya terapkan yang sesuai apa yang dikehendakinya tak kurung juga membuatnya sedikit terlihat sreg dengan apa yang saya berikan. Okelah hari ini setelah dibahas bersama setidaknya mulai jelas arah konsep yang akan dibangun, tak mau menunda apa yang telah kami bahas bersama tadi segera saya kerjakan.
Workholic itulah istilah yang selalu didegungkan atau bahan candaan oleh teman saya. Masih ingin rasanya berlama-lama diruangan ini untuk menyelesaikan semuanya agar esok hari bisa secepatnya kembali membahas apa yang telah saya kerjakan dari pembicaraan konsep tadi, karena ini harus secepat mungkin diselesaikan. Hampir sekali seminggu saya bertemu client, mengeluh soal kapan jadinya ruangan saya. Itu seakan mempertanyakan keprofesionalan kita dalam bekerja. Konsentrasi buyar seketika juga mengingat saya harus bertemu teman saya untuk membicarakan keberangkatan besok. Senyum simpul dan hati tenang sebelum keluar diruangan ini, amplop cokelat memberi tanda roda-roda kehidupan akan terus tetap berputar. Saya pernah membaca sebuah buku ' si anak singkong' disana ada kutipan menarik yang saya rasa betul adanya 'biarlah saya yang bekerja, teman-teman yang menikmati hasilnya'.
Sepertinya hari ini bus transjakarta tidak terlalu lama untuk menunggu kedatanganya. Ini waktu-waktu padat para pencari rezki dikota yang tidak pernah mati ini untuk kembali kerumah, ini selalu menjadi momok untuk berdesak-desakan didalam bus. Berdiri saling berdesakan, bergelantungan dipegangan bus, sesekali posisi berpindah tempat imbas arus naik turun penumpang. Selalu terbesik dalam hati mendapati kondisi semacam ini kalau ombak didarat itu lebih keras dibanding dilautan. keluh kesah pelayanan transjakarta selalu jadi buah bibir bagi para penumpang, keterlambatan armada yang datang selalu jadi bahan olok-olokan bagi mereka yang mengantri bermenit-menit bahkan sampai berjam-jam, beberapa kondisi bus yang sudah terlihat menginjak usia lanjut seringnya mengalami trible dalam perjalanan sangat merugikan bagi para pengejar waktu dipagi hari. Slogan-slogan dan iklan-iklan yang selalu diiming-imingkan oleh pengelola mulai e-ticket, penambahan armada baru belum juga terasa hasil efektifnya. Ya solusi angkutan massal tidak selamanya berjalan dengan lancar.
Jalan Harapan Mulia III, ini semacam nostalgia klasik dtempo hari dengan suasana compleceted, para anak muda nongkrong, dpinggiran jalan, sepanjang jalan ramai dengan warung yang sangat bersahabat dengan kantong anak kost-an, toko-toko dan jasa buat kebutuhan sehari-hari ikut meramaikan. Suasana ini sangat hangat diingatan ketika mahasiswa dulu pondokan, teman-teman di EB12, POMD, kampus UNHAS, PKM TI UH.
Kamar dengan ukuran 2x3 meter ini menjadi saksi bisu 2 minggu yang lalu kami bergelut dengan cerita nostalgia yang tak kunjung habisnya. Usulan untuk mendaki menjadi topik penting saat itu, ini bukan ide lata terhadap film yang baru-baru ini tenar 5cm. Film yang jadi bahan gugatan bagi para pecinta alam terhadap film yang mengesankan begitu mudahnya menggapai puncak Sumeru. Sangat sadar dari gugatan mereka mendaki alam bebas itu bukan hal mudah yang bisa dilalui, butuh kesiapan fisik yang baik dan pengalaman medan. Bahkan pendakian pertama yang saya lakukan di Ramma itu bukanlah hal yang mudah, tapi bagi mereka yang sudah biasa dalam dunia ini pastilah sangat mudah melewati jalur ke Ramma, padahal ini tidak setinggi sumeru.
Ide untuk mendaki pun sangat sulit untuk masuk dikepala saya. Kondisi waktu dan kerjaan begitu detil menjelaskan tidak ataupun bisanya saya ikut dalam rencana ini. Mengingat pula sabtu depan 2 maret saya harus masuk kerja meskipun itu cuman setengah hari doang. Niat inipun saya ceritakan kepada sesama teman-teman devisi, respon yang baik dan dukungan ngeles dikit kepada atasan terlontar. Saya pikir masuk akal dan tidak pula merugikan kelak, mudah-mudahan. ''gampanglah, ngeles dikit sesekali gak pa-pa, asal tau diri aja..'' kata-kata yang sangat lekat dengan logat khas dari rekan devisi. ''tenang aja dah pak..gampanglah'' tangkap betul apa yang saya lontarkan itu adalah sebuah buah tangan nantinya. Kata 'oke' dari saya memberi kejelasan ide pendakian ini kepada teman-teman. ''2 minggu depan kita ketemu dilokasi''. Dan malam ini saya kembali berada dikamar ini bertemu teman untuk mengatur strategi keberangkatan besok. Dhani dengan perawakan tinggi, kulit terlihat sawo matang, sedikit kurus, seorang pemuda pecinta alam, dia juga panglima kami sewaktu mahasiswa dulu dan sampe saat ini saya merasa seperti itu. Selalu ada motivasi setiap melihat dirinya. Sukseslah selalu kawan.
Perut lapar memanggil untuk segerah diisi. Memilih tempat makan sekaligus saya bisa langsung pulang saja. Saya mengusulkan makan ditempat makan yang selama ini sangat penasaran untuk mencobanya. Mas Miskun warung makan dengan khas jawa dengan suguhan penampilan perform musiknya sangat menghibur dan menghilangkat penat ini dengan carut marut kesibukan di Ibukota. Candaan dan cerita panjang lebar pun tak henti-hentinya menelan waktu ini hingga hampir larut malam, cerita keseharian dan peristiwa kemarin jadi bahan yang tak ada habisnya, ya perempuan selalu jadi diskusi yang tidak ada habis-habisnya dan berlalu begitu saja.
Besok untuk mengefisienkan waktu dan bertemunya tidak saling menunggu ditempat yang menjadi start ke Garut, mengambil carier kembali di Kost-an teman kemudian besok pagi kembali bertemu untuk menyimpan carier di Kost-an kemudian sama-sama berangkat kerja dan motor saya yang gunakan mengingat jarak tempat kerja agak jauh ini untuk mengefisienkan waktu perjalanan. Pulangnya berkumpul di Kost-an dan sama-sama berangkat ke Terminal.
Tepat pukul 22.00 lebih saya mengantar kembali teman saya dan segera mempersiapkan bekal untuk hari esok, dengan carier dipundak segeras saya tancap gas ke minimarket terdekat dari rumah. Catatan yang telah tertulis berurut jadi pedoman untuk menyiapkan apa yang diperlukan, sekejap saja apa yang diperlukan satu demi satu terpenuh tapi tidak untuk semuanya. Cemilan selalu jadi bekal yang sulit untuk didetailkan, mengingat bawaan penyakit maag yang selalu jadi momok. Setidaknya persiapan bekal ini tidak terlalu over pengeluaran. Setelah semuanya terasa cukup segera kembali kerumah mengingat ini sudah larut malam. Dengat cermat saya menyusun bekal ini kedalam carier dengan harapan tidak ada yang terlupa.

Hari Keberangkatan 
1 Maret 2013. Sepanjang malam hingga subuh ini tidur serasa tidak begitu lelap, seakan terjaga jikalau esok pagi bangunya telat. Starategi semalam yang kami bicarakan segera saya laksanakan, tak lupa berpamitan sebelum memulai petualangan ini.   Bismillahirrahmanirrahim. Dengan segera saya menuju kost-an Dhani, menyimpan carier persiapan untuk perjalanan sebentar malam. Kemudian kami berangkat bersama ketempat kerja. 
Ketempat kerja Dhani terlebih dahulu kemudian kami berganti saya mengambil alih mengendarai motor dan melanjutkan ke kantor. Tak cukup setengah jam saya sudah tiba di Kantor. Ini sudah kebiasaan tiba di kantor hanya OB yang pertama saya jumpa. Jelang pukul 9.00 ruangan mulai ramai dan sibuk dengan suara urusan masing-masing. Masih bergelut dengan konsep dan rencana lantai 5-6 yang saya tangani. Sepanjang hari itu saya sadar pikiran mulai tidak berkonsentrasi dengan pekerjaan ini, tapi semua harus terlihat biasa-biasa saja dan harus tetap menyelesaikan target sesuai schedule.
Pukul 18.00 kali ini saya tidak berlama-lama lagi untuk asik dengan konsep ini. Setelah mengerjakan ibadah sholat magrib dengan bergegas saya berangkat kembali ke Kost-an Dhani. Sepanjang jalan dengan sumringah saya melaju sepanjang jalan dari daan mogot menuju galur cempaka putih. Ini sangat menyenangkan sekali akhirnya saya bisa sejenak keluar dari kota yang sibuk ini dan trip lagi. Dengan semangat saya melaju dengan cepat tiba kembali ke kost-an.
Teryata persaiapan pecking belum kelar semua, biasalah molor itu hal wajar disekitar kita. Disana bukan hanya saya dan Dhani yang akan berangkat, ada juga teman dhani bela-belain datang dari semarang sahabat dhani dia awa' panggilan khas buat dia. Mahasiswa sipil yang sementara menyelesaikan studinya, dia penikmat alam tapi bukan pecinta alam, sudah ada beberapa gunung yang telah dia daki, Keren. Selain itu ada juga rombogan teman satu kerja Dhani alumni STAN juga mereka Cumi panggailan khas dia, Dona dan Mita. Ini sangat mengasyikkan sekali jadi tambah banyak teman. Cumi penikmat alam juga, sedangkan Dona dan Mita baru kali ini ikut mendaki. Sedikit berpikir mereka itu orang-orang hebat yang berhasil lulus dari ribuan peserta yang ingin mendaftar di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara itu, senang bisa berada bersama orang-orang hebat ^^.
Waktu terus berjalan, dan kami sedikit molor untuk segera beranjak dari tempat ini. Persiapan dan career semuanya sudah siap, sejenak berkumpul dan menundukkan kepala semoga perjalanan kami bisa berjalan dengan lancar tanpa kurang dan masalah satupun. Jam 22.30 malam kami mulai bergerak dari Jl. Harapan Mulia III, kami memilih untuk naik transjakarta menuju pasar rebo. Dari halte galur kemudian transit sekali untuk sampe ke halte pasar rebo. Macet pastilah kami berlama-lama didalam bus transjakarta, didalam bus bukan hanya kami dengan style career ternyata ada juga rombongan lain. kami pun berkenalan dan bercerita sepanjang jalan. Oh rasa lapar pun mulai mengantui. Tiba di pasar rebo pukul 23.25, sebuah suasana begitu padat, ini tidak terpikir sampai seramai ini. Banyak sekelompok rombongan yang terlihat dengan style yang sama dengan kami, ini terlihat sebuah kesepakatan bersama untuk hari ini kita akan berkumpul di tempat ini untuk bersama-sama ketempat tujuan, ini sangat kebetulan sekali. Sadar ini merupakan wekeend panjang buat para mereka yang ingin melepaskan penat pastinya. Hal yang harus saya lakukan berpikir mencari makan dulu tak tahan rasanya ditambah rasa was-was mengingat status sakit maag yang disandang. Warung makan sudah banyak tutup hanya berharap pada gerobak-gerobak dorong, nasi gorong jadi santapan malam ini. Waktu semakin berjalan dan ini sudah larut malam, bus-bus yang mengangkut para penumpang semakin sedikit ditambah yang akan berangkat begitu banyak dan berkolompok. Tidak mungkin kita berangkatnya terpisah satu bus. Senasib dan serasa sama tujuan Dhani dengan cakap berdiskusi dengan mereka yang terlihat sebagai pemimpin grup agar bisa mendapatkan bus dengan tujuan yang sama sekalian saja menyewa satu bus untuk kami semua dengan tujuan yang sama. Ada hal menarik yang dilakukan Dhani bersama Awa membeli buah semangka bentuknya bulat ini sangat lucu dan terdengar memberatkan mengingat career sudah sesak. Soal ransum serahkan pada ahlinya mereka tahu apa yang bakal menarik nantinya disana.
Untuk mendapatkan bus kosong tentunya mencarinya di terminal tempat mangkal bus tersebut. Kamipun bertolak dari pasar rebo menuju terminal kampung rambutan naik angkot. Setiba di kampung rambutan kami menunggu didepan terminal kemudian Dhani bersama perwakilan rombongan yang berbeda masuk ke dalam terminal mencari bus kosong untuk bisa dsewa. Tak lama berselang bus pun datang. Akhinya naik bus juga, tepat pukul 23.45 kami meluncur dari kampung rambutan menuju Garut tak tahu sampai diterminal mana nantinya intinya sampai di Garut dulu. Tenang duduk diatas bus dengan deratan formasi seat 3-3 kiri kanan saya berderet duduk bersama Dhani dan Awa dengan segera saya memberikan info kepada rekan kami yang tiba duluan di Garut mereka teman-teman dari sektor Bandung. Tidak banyak hal yang kami lakukan sepanjang sepanjang perjalanan rasa lelah dan kantuk sangat terasa, semua tertidur lelap bahkan saya tidak menyadari sejak kapan kernek bus ini menagih ongkos bus. Ini perjalanan yang terasa lama sekali. Sesekali saya membuka mata dan melihat kebalik kaca bus sudah sampai dimanakah ini, sopirnya dengan lincah melaju kencang saat jalan lagi berkelok-kelok dan itu membuat khawatir sekali. Ada hal menarik dari pandangan saya didepan seorang yang duduk dideretan bangku terdepan tapi posisi duduknya menghadap kaca sepertinya dia sangat asyik bercengkrama dan bercanda bersama pacarnya, ya itu pasti pacarnya. Hanya bisa tersenyum melihat tingkah mereka dan sepertinya mereka belum pernah terlelap sama sekali. Tapi tidak berselang lama saya kembali memejamkan mata berharap bisa segera sampai tempat tujuan.
Pukul 3.55 dini hari kami akhirnya tiba di Terminal, semua rombongan turun dari bus dan saya pun memberikan info kepada teman yang sudah menunggu. Terminal Guntur Garut itu yang tertulis disalah satu jejeran papan nama toko diterminal ini. Kami pun berkumpul ternyata mereka sudah terlalu lama untuk menunggu kami tapi rasa semangat tetap masih ada. Berkumpul dimesjid sembari beristirahat sejenak mengingat subuh segera datang tidak banyak waktu kami untuk beristirahat lagi setalah melaksanakan shalat subuh kami akan segera berangkat. Mesjid yang letaknya berada dibelakang kios-kios pasar, melawati gang hanya sekitar semeter lebih lebar jalan ini samping kiri kanan rumah-rumah yang berdempetan, dengan gaya arsitektur  klasik untuk sebuah mesjid didaerah namun cukup luas mesjid ini. Disni banyak rekan-rekan baru yang akan ikut bersama, senior kami di Kampus ikut bergabung dalam pendakian ini bersama teman-temannya, bertambah banyak teman deh jumlah kami pun 14 orang. Sebelum keberangkatan kamipun mempersiapkan diri untuk bersiap-siap. Katanya untuk mencapai ke tempat start pendakian kami harus naik angkot lagi kesana, untuk itu kami pun mencari  mobil untuk bisa disewa. Suasana masih gelap dini hari sepertinya isi perut perlu diisi sebelum berangkat. Warteg masih banyak yang buka kamipun makan ditempat itu. Disini warga lokal berdialek sunda terdengar sangat sopan. Karena ini merangkap sarapan pagi saya tidak terlalu banyak makan. Setelah semuanya makan kami langsung menuju mesjid kembali untuk menunaikan sholat subuh. Setelah semua sudah bersiap kamipun mulai melanjutkan perjalanan kembali.

Trip To Papandayan ‘let’s Go.....’
2 Maret 2013, Terminal Guntur Garut pukul 5.25 pagi kami bertolak dari sebuah mesjid di Terminal ini, mobil yang kami sewa sudah siap membawa kami menuju tempat pendakian. Dengan mobil model mini bus ini cukup menampung kami yang 14 orang ini,career disimpan diatas mobil kemudian diikat untuk menjaga untuk lebih safety dengan lincah si sopir di bantu rekannya menumpuk dengan rapi career-career tersebut diatas mobilnya, setelah semua career naik dan tersusun rapi kami pun naik keatas mobil meskipun agak berdesakan cukuplah untuk bisa sampai kesana. Saya duduk didepan samping pak sopir berdua bersama Amir. Awalnya niatnya duduk dibelakang karena merasa tidak sopan jika kita didepan sedangkan senior kita duduknya dibelakang ah kebiasaan lama dari kampus selalu menghormati senior tepatnya yang lebih tua. Sedikit lincah dan masuk akal inisiatif dari Amir untuk duduk cepat didepan melihat kebelakang semua pada sempit-sempitan ‘kalau didepan kita tidak sempit-sempitan dan lebih leluasa melihat pemandagan kota desa ini’ ucapan yang terlintas dari mulutnya. Masuk akal dan benar juga, dia memang selalu terlihat hebat dari loncatan pemikirannya saya sadari itu.
Pejalanan kami disambut hangat dengan mentari pagi yang sedang berseri-serinya bangun dari peraduannya, cuaca saat ini cerah untuk mengawali pendakian kami. Sepanjang jalan saya memperhatikan kota garut ini, yah Aceng tepatnya Bupati Garut yang lagi hangat-hangatnya diperbicangkan dan kami berada dikotanya. Kota ini cukup berkembang suasananya asri cukup padat juga. Melewati kota kami disuguhi pemandangn sawah yang terbentang luas sebelah kiri dan kanan sepanjang jalan poros ini. Hampir sejam lebih kami dalam perjalanan dan kamipun berhenti di sebuah titik pemberhentian dari mobil ini,ternyata hanya sampai disini sang sopir bisa  membawa kami. Terlihat  sebuah gerbang dengan struktur besi bertuliskan ‘Kawasan Agro Politan Kec.Cisurupan Kab.garut’. Disini kami turun dan harus nyambung naik mobil lagi masuk melewati gerbang itu. Disana terlihat sudah ada berjejer mobil-mobil pengangkut dengan type pick up dan disini semua yang ingin naik keatas berkumpul, terlihat banyak kelompok-kelompok yang akan ikut mendaki juga. Sepertinya ini sudah jadi kebiasaan bagi warga disni melayani para pendatang yang akan mendaki di Papandayan dan jadi mata pencaharian mereka juga. Tidak banyak mobil pick up yang siap untuk naik membawa para pendaki-pendaki ini termasuk kami. Untuk mengefisienkan waktu karena jumlah kami banyak dan mobil ini tidak bisa membawa banyak penumpang untuk naik ketas maka kami berbagi Dhani dan Awa akan berangkat duluan bersama rombongan lain dengan mobil yang berbeda ini sudah diatur mereka berdua mengingat mereka lebih berpengalaman dalam hal ini. Nantinya mereka akan lebih dulu sampai dipos camp untuk segera mendirikan tenda dan sisanya kami yang 12 orang dalam satu mobil bersama. Merekapun berangkat duluan, kami istirahat sejenak ini dipersilahkan oleh sopir pickup sebelum berangkat. Mengisi perut dan buang air sepertinya jadi hal yang penting saat ini. Setalah semua beres kami bersiap untuk berangkat tapi kami tidak sendirian ternyata ada lagi empat orang yang ikut mobil ini. uuu semua jadi sempit semacam barang yang ditumpuk bersama dalam bak mobil pickup. Semua mengambil posisi masing-masing pastinya dengan posisi yang safety dan saatnya berangkat kawan ^^.
Pukul 7.00 pagi kami bertolak dari titik ini Cisirupan menuju lokasi start pendakian. Perjalanan begitu mengasyikkan sekali lagi kami disuguhi oleh pemandangan alam pegunungan yang menarik, saya paling senang wisata alam karena kita bisa melihat indahnya alam kita ini ciptaan sang pencipta. Ternyata tidak semulus yang apa kita pikirkan dengan jalan mendaki kodisi jalan yang rusak dan bergelombang memuat kami meski menahan badan untuk tidak terhempas dari mobil ini, dudukpun tidak terasa nyaman mobil yang melaju kencang membuat kami berjoged bersama pontang panting menahan sakitnya bandan ini berbenturan dengan plat besi body mobil. Ini pederitaan bersama yang seru hahaa. Mungkin kami terlalu banyak diatas mobil ini sesekali kami turun karena mobilnya tidak kuat mendaki kelebihan beban resiko lah sekalian pemanasan sebelum mendaki LOL.
Akhirnya kami tiba ditempat titik start menuju camp. Terbayar sudah perjuangan kami untuk sampai disini dengan suasana sekeliling tertutup gunung dan disana terlihat banyak kawah dan berasap belerang. Disni semua para pendaki berkumpul  naik ke gunung Papandayan ini, ramai betul, like this. Tak afdol kalau tidak berfoto dulu ditempat ini moment to remember. Semua mempersiapkan diri, membawa career masing-masing jangan sampai ada yang terlupa diatas pickup, ke toilet itu penting. Disini terlihat berderet warung-warung dan fasilitas WC umum bagi para pengunjung. Setelah semua beres-beres kami berkumpul dan berdoa. Sedikit lucu sepanjang pertemuan dan perjalanan kami kesini kami semua belum kenal nama masing-masing, perkenalan diri masing-masing kemudian berdoa.
Oke kamipun berangkat jejak langka demi langkah mulai merekam perjalanan kami menyusuri gunung ini, cuaca terik angin berhembus cukup kencang begitu menjanjikan perajalanan yang menarik hari ini. disekeliling tampak kawah yang mengeluarkan asap jadi tontonan yang sangat mengasyikan sepanjang perjalanan hal ini membuat kami sesekali mengambil gambar untuk berpose disana. Kawah yang mengeluarkan asap bau belerang memang cukup menganggu, untunglah pesiapan masker selalu ada. Awal perjalanan langkah ini masih terasa ringan namun lama-kelamaan mulai berat dan sesak juga. Saya mengambil posisi terdepan mengingat kondisi fisik bakal gos-gosan ini strategi yang cukup baik karena kita punya sedikit waktu untuk istirahat sejenak sebelum rombongan yang dibelakang mendekati kita. Jagan pernah menyusahkan orang lain gara-gara kita akibatnya perjalanan akan lamban sampai tujuan. Teknik berjalan zig-zag jadi pilihan agar tumpuan pada lutut untuk mengangkat beban badan tidak terlalu berat ini saya lakukan sendiri. Cukup jauh saya bersama Abin dan Amir meninggalkan rombongan dibelakang ini menguntungkan kami bisa beristirahat lebih. Sadar kami tidak tahu arah jalan menuju camp, tapi disini ramai orang-orang jadi kami bertanya saja atau mengikuti jalur mereka. Ternyat ada 2 jalur untuk menuju camp lewat hutan kayu mati namun menanjak atau jalur lewati menyusuri hutan gunung ini jalur yang biasa dilewati. Kami bertiga memilih jalur hutan kayu mati itu sudah terlihat didepan mata dan kami mengikuti orang yang lewati itu. Terlihat dari kejauhan memang menanjak tapi step by step kami melaluinya. Sepanjang pendakian saya berhenti untuk beristirahat tidak kuat rasanya cepat-cepat, namun pemandangan dari posisi tampat ini sangat indah sekali tak lepas kamera ini ditangan untuk mengambil gambarnya. Dan akhirya dengan semangat yang gigih bisa capai puncak hutan kayu mati. Career saya lepas dari pundak duduk sejenak melonggarkan nafas. Wow ini keren sekali kawan padang hutan kayu sepertinya sisa-sisa dari bekas letusan gunug ini menjadikannya sangat eksotik tanahnya putih berbau belerang. Tak habis-habis rasanya kami berfoto ditempat ini, tapi perjalanan harus tetap dilanjutkan. Kami hampir saja kehilangan jejak yang  dari orang-orang yang melewati jalur ini. Oh sedikit insiden kecil mengenai saya, saat langkah ini menginjakkan kaki ke jembatan kayu tiba-tiba kaki saya keram, shit..hal biasa terjadi pada betis ini, mengakibatkan orang lain terganggu untuk lewat dan sedikit panik. Dengan kuat saya menyeret kaki ini untuk menepi sejenak, beberapa detik berselang mulai normal kembali. Pemanasan dan perenggagan itu penting sebelum melakukan kerja otot yang berat. Akibatnya kami betiga tertinggal dengan orang-orang yang lain, sedikit panik namun tanda/kode yang sengaja dipasang dalam jalur ini menuntun kami ke jalur yang benar. Kondisi medan mulai datar hanya sedikit saja yang mendaki. Didepam terlihat ada sungai dan padang rawah dan pepohonan ternyata menyeberangi ini didepanya kita sudah berada di Camp. gud job kawan, keren sekali.
Pondok Salada merupakan nama post ini. Disini semacam lembah yang dikelilingi oleh pegunungan, para pendaki mempersiapkan campnya disni. Ini sangat ramai sekali semacam kegiatan berkemah bersama ^^d seruuuu... Kami bertiga masuk ke pondok Salada dan disana terlihat Dhani dan Awa telah menunggu kami, ternyata kami betul-betul meninggalkan rombongan dibelakang baru kami bertiga yang sampai di post ini. Satu tenda belum terbangun saatnya beraksi dan mempersiapkan yang lainnya. Saat asik-asiknya mempersiapkan campnya barulah tiba rombongan kami. Jangan pernah meninggalkan rombongan karena itu membuat yang lain khawatir. Swry kanda ^^v pisss. Mereka melewati jalur yang berbeda sepertinya agak lebih jauh rute yang mereka lalui.

Menuju Puncak (napak tilas) 
3 Maret 2013 Besok kita punya rencana menuju puncak Papandayan. Malam berganti pagi dan cuaca cukup dingin di Pagi itu, kita harus bergerak supaya badan ini tidak terasa kaku. Sebelum berangkat kami sarapan dulu ala koki gunung asik sekali. Setalah persiapan sudah siap camp dtutup dan diamankan tapi disini sepertinya yang ngecamp saling menjaga. Kami bertujuh mulai berangkat menuju puncak, sebelumya rombongan teman-taman senior dari bandung tidak ikut bermalam mereka cuman sehari saja disini kemudian sore kemarin hari itu sudah balik lagi. Berfoto dulu pastinya bersama rekan dari camp tetangga. Let’s go perjalanan pun dimulai kembali. Untuk menujuu puncak kami akam melewati padang edelweis yang katanya indah sekali, rata-rata orang yang berkunjung kesini hanya sampai di padang itu tidak melanjutkan ke puncak. Cuaca hari itu cukup bersahabat matahari begitu cerah namun tidak khawatir akan turun hujan pun tidak bisa diabaikan, maka persiapan ponco atapun jas hujan selalu siaga mengingat sore kemarin hari itu turun hujan cukup keras.
Perjalanan dimulai dengan melewati rawah sungai keluar dari pondok salada kemudian kami menjumpai kembali jalur hutan kayu mati, sepanjang jalan tak henti-hentinya kami mengambil foto bersama disetiap ada yang menarik untuk berfoto. Terlihat jalur ini cukup ramai dari orang-orang yang baru saja turun dari atas beberapakali kami berpapasan dari rombongan-rombongan orang lain. Melewati suasana pohon kayu mati kemudian mulai dijumpai pohon-pohon lebat dan besar medannya pun tidak terlalu terjal menanjak tapi cukup bikin gos-gosan. Sekali lagi saya mengambil langkah panjang supaya berada diposisi terdepan yang lain berada dibelakang. Saya sadar ini tujuannya sama dan jalurnya pun hanya satu jadi tak apalah meninggalkan teman-teman mengingat saya mengikuti Amir yang kemarin sudah ke padang edelweis menemani senior-senior jadi dia tahu medannya. Sesak juga nafas ini dan belum sampai-sampai pula, dan didepan sana ada tanjakan yang katanya cukup berat namanya Tanjakan Mamang, lucu juga yah mungkin yang buat jalur tanjakan ini si Mamang hihihi.. Ternyata cukup gila ini menanjak sekali butuh ke empat kaki dan tangan untuk melewati medan ini. Semangat dan tekat perlu untuk segera sampai ketujuan, beberapakalli kali berpapasan dengan orang-orang yang turun dari atas sehingga sesekali berhenti bergantian memberikan jalan yang mau lewat soalnya jalurnya agak sempit. Dengan perjuangan akhirnya bisa sampai dipadang edelweis.
Tegal Alun tempat ini semacam dataran datar ditumbuhan tumbuhan edelwies yang membentang luas sangat indah sekali kawan sayangnya kami datang bukan saat tumbuhan itu berbunga katanya lebih indah lagi. Kami berdua yang sampai duluan memanfaatkan waktu untuk mengambil gambar dan berfoto ditempat ini. Suasana saat itu masih ramai dari orang-orang yang berkunjung. Sudah lama terasa kami dsini untuk berfoto tapi teman-teman yang lain belum juga muncul, ini lama sekali mengingat jarak kami rasanya tidak terlalu jauh, sudah lelah untuk berfoto dan udara sangat terik di alam terbuka ini, kami menepi dan beristirahat. Tak lama berselang mereaka pun datang akhirnya..mereka membawa bekal minum sangat haus sekali dahaga ini, tapi Dhani tak terlihat dalam rombongan ini ternyata dia mesti kembali untuk mengambil ransum, nesting,dan kompor untuk persiapan makan siang dijalan mengingat diantara kami ada yang punya sakit maag termasuk saya. Menanti dia datang kamipun kembali berfoto bareng-bareng lagi mengabadikan moment ini. Saat itu sangat mengasyikkan sekali ini liburan yang luar biasa sangat menarik bersahabat dengan alam itu sangat menyenangkan maka lestarikanlah alam kita kawan.
Dengan jantan Dhani membawa kebutuhan untuk saat itu,dia memang orang yang luar biasa. Kemarin saja dia mesti mengantar senior-senior ketempat ini kemudian melanjutkan mengiringinya pulang turun ke bawah dengan kondisi hujan deras jelang magrib dia baru sampai di camp. Selalu lah terliha kuat kawan karena dirimu memang kuat. Kami berkoki ria disudut padang edelweis ini sebelum melanjutkan kembali perjalanan menuju titik tujuan akhir puncak papandayan. Semua ransum yang ada diracik jadi satu hasilnya cita rasa yang luar biasa dipadu dengan hangatnya kebersamaan saat itu. Semua kenyang dan siap untuk melanjutkan langkah dipadang yang luas ini kami berjalan menuju gunung yang terlihat ditumbuhi pohon-pohon lebat disana. Ini terlihat ekstrim tapi seru cuman rombongan kami yang terlihat dipadang yang luas ini berjalan tanpa tanda atau jalur yang dibuat akhirnya kami berada diujung padang dataran ini dan telihat menurun menuju sungai yang membatasi dataran padang ini dengan hutan yang ada didepan kami. Istirahat sejenak untuk melepas lelah air sungai ini terlihat sangat segar ditumbuhi rerumputan dipinggir-pinggirnya. Kami mengisi beberapa botol air untuk bekal air minum ini sehat untuk diminum kalaupun terjadi kontaminasi dan detoksi dalam perut itu belakangan urusanya tapi alam ini tidak terlalu kejam untuk hal seperti itu hope. Berfoto ditempat ini pastilah.
Cuaca terlihat mendung kami kemudian malanjutkan langkah untuk masuk kedalam hutan didepan kami tertancap sebuah patok bertuliskan ‘puncak’ dengan arah panah kekanan dari posisi kami berdiri. Kami berjalan mengikuti arah tersebut ditepi kami berjalan berurutan menikuk keatas dan mulai masuk kedalam pohon-pohon tersebut disini terlihat jalurnya cukup jelas namun beberapa yang sudah tertutup dan terhalang tumbuhan ataupun ranting pohon. Jalur ini terlihat jarang dilalui kami pun menyusuri tiap irama jalur ini medannya tidak terlalu menanjak sesekali menurun dan datar kembali. Suasana saat itu cukup tenang senyap hanya suara langkah kami sepertinya hanya kami yang ada diposisi saat itu. Kalaupun diibaratkan kami ini semacam tim rescue misiya mencari korban hilang dihutan ini, ada-ada saja yah. Sepanjang jalan hanya pohon-pohon dan semak-semak dipinggiran kami yang terlihat jarak pandang kami terhalang oleh pepohonan kecil, sesekali kami jumpai pohon yang rebah menghalangi jalan itu. Lelah juga rasanya berjalan menjumpai area yang cukup luas sesekali beristirahat. Perjalanan terus berlanjut kami semakin dalam namun jalur ini selalu terlihat menepi kepinggir ketinggian dari kaki gunung ini, semakin jelas posisi kami saat itu terlihat tempat camp kami bahkan jalur pendakian dari awal juga terlihat dari sini sangat laur biasa sekali kami berada di ketinggian dengan pemandangan yang indah. Terus berjalan kamipun mulai mendapati jalur menanjak dan itu terlihat terjal dan jauh sekali disini kami berpapasan dengan rombongan yang turun dari puncak ternyata bukan hanya kami hari ini ke puncak. Butuh tumpuan yang kuat dan bantuan tangan dan kaki untuk melalui medan mendaki ini jalurnya sempit dan bebarapa yang terlalu dekat dengan juram perhatikan langkahmu. Titik akhir dari tanjakan ini sangat jelas terliahat diatas harus bisa mencapai puncak itu ini semacam perjuangan yang sungguh jelas kepastian yang akan kita capai. Dan kami pun sampai dari disebuah titik itu dan tetap saja masih berjalan lagi dengan medan cukup datar dan bergelombang. Wow kami akhirnya menemukan pemandangan yang indah saat itu dengan kondisi medan datar dengan pandangan  terhampar jauh kedepan dan kami berada di sebuah ketinggian yang pemandangan indah sekali keren sekali kawan. Ternyata ini hanyalah puncak bayangan tepat tertulis dsalah satu pohon yang ada disitu, dan terlihat jalur yang mengarah melewati tulisan tersebut. Tapi saat itu pemandangnnya indah sekali subahanallah alam ciptan sang Maha Kuasa ingin rasanya berlama-lama disana tentunya moment ini tidak kami lewatkan berfoto bersama sungguh luar biasa sekali bagi saya penikmat alam pemula ini, bagaimana dengan mereka yang hidupnya sudah dia gantungkan untuk menikmati alam ini telah menjajah beberapa gunung yang ada di bumi ini. Tapi ini pengalaman yang luar biasa sekali bersama rekan-rekan yang luar biasa juga. Sebuah pelajaran yang dapat diambil hidup ini semacam mendaki sebuah gunung perjuangan mencapai puncak yang telah terlihat namun akhirnya bukan yang kita harapkan jangan sampai surut semangat itu dan tetaplah berjalan untuk terus berjuang karena didepan sana ada titik terang kawan,  jangan pernah kembali kebelakang mundur berarti gagal dari niatmu yang telah kau perjuangkan dan itu sia-sia sekali.
Puncak bayangan ya itu jelas tertulis dipohon tersebut dan terlihat jalur kedepan lagi. Setelah puas menikmati suasana ditempat itu kamipun segera melanjutkan kembali perjalanan. Saya salud dengan perjuangan Mita dan Mona meskipun seorang perempuan tapi semangat dan fisiknya cukup kuat untuk melalui medan ini padahal baru kali ini mereka ikut mendaki gudjob mantap ^^d. Berjalan kembali untuk mencapai puncak, sebelumya ada hal konyol yang terlontar dari kalimat Amir saat itu, saat sampai di puncak bayangan hanya kami berempat Mona, Cumi, dan Amir dan ini memang terlihat sudah dekat dari bayangan dia mengatakan ‘tungguma saja disini kayaknya dekatmi puncak dari sini kalau tidak mau sampai dipuncak’ *dialek Makassar) melihat Mona didampingi Zulmy alias Cumi terlihat kelelahan dan beristirahat, tapi ternyata saat perjalanan ke puncak masih jauh keatas dan itu diluar perkiraan kami awalnya, lawakan ini cukup menggelikan saat perjalanan ‘inimi dibilang mau ko ditunggu dekatji haha’ kata yang saya lontarkan kepada Amir. Menuju puncak memang terlihat sulit sekali lagi kami harus melalui tanjakan yang cukup menanjak keatas tapi rasa semangat untuk mencapai puncak itu harus bisa. Step by step kami melalui tanjakan itu dan kami kemudian berada dijalur mendatar berjalan kembali. Ini pernyataan Dhani sementara dalam perajalanan terkadang puncak gunung itu biasa-biasa saja dia berada diarea dataran yang sempit bahkan tak terlihat kita berada ditepi dengan pemandagan yang terjal kebawah. Berjalan terus menyusuri jalur ini dan disana tepat didepan kami terlihat tanda bertuliskan puncak papandayan, yah dititik itu sebuah tulisan yang dipasanag disebuah batang pohon dpinggiri jalur yang kami lewati dan itu betul kami telah berada di puncak papandayan. Dengan suasana disekeliling terhalang oleh batang-bantang pohon terlihat agak jauh disana tepi dataran ini untuk melihat pemandagan dibawah, perjalanan kamipun terhenti sampai disini puncak papandayan.
Bersahabat dengan alam itu baik, mari jaga lingkungan dan hutan kita agar tetap lestari keindahan dan kebersihannya. Its beautifuuul adventure keren sekali kawan. 

kami menuju pondok salada
 
view dari atas menuju hutan kayu mati
 
hutan kayu mati

 
jalur menuju puncak papandayan dari padang edelweis
 
jalur hutan pohon kayu menuju puncak papandayan

 
puncak bayangan
 
kami di puncak papandayan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar