H-2
Masih terasa beban ini tak tahu kapan kelarnya konsep interior untuk
sebuah kantor berlantai 6. Ini tidak semudah dari lantai 1-4 ada something yang
berbeda, ruang yang berbeda karena akan ditempati para boss besar mereka, jelas
terpampang di denah rancangannya. Email dari seorang teman masuk tepat saya
berada dijalur buswey dengan lelahnya duduk di mobil besar ini, semua terlihat
lelah begitulah tiap harinya yang mungkin saja seperti ini sepanjang hari demi
hari.
Email yang berisi susunan dan list rencana keberangkatan ke
Papandayan, semua terasa jelas tersusun apa saja yang harus dpersiapkan. Saya
pikir ini sangat penting buat kami khususnya saya sebagai pemula untuk gunung
di pulau jawa ini, meski saya pernah sekali mendaki gunung dikampung halaman
saya Makassar tepatnya Ramma Malino. Tapi sekonyong-konyongnya saya masih belum
hafal betul persiapan apa yang sebaiknya dan wajib untuk disiapkan, maklum
selalu ada teman yang berpengalaman bersama kami jadi sedikit ada
ketergantungan.
Lepas dari itu masih ada kekhawatiran bercampur gundah apakah ini
bisa berjalan lancar ataupun tidak sama sekali. Waktu begitu sempit dan
persiapan belum fix betul dtambah tanggung jawab masalah pekerjaan dan fisik
yang sebetulnya kurang siap. Masih jelas teringat begitu sulitnya menggapai
puncak Ramma padahal sudah 2 minggu saya melakukan persiapan TC tapi nafas ini
masih sulit rasanya. Mengingat ini medan baru yang akan dtempuh dan fisik saya
kurang siap untuk itu hanya bermodal niat dan tekad bisa sampai dpuncak kelak.
Siap-siap tahan fisik.
''Jumat - Minggu, 1 - 3 Maret 2013
Perlengkapan pribadi:
Perlengkapan pribadi:
- Baju Kaos 3 pasang ( 1 yang dibadan, itu tommi dipake treking, 1 buat tidur, satu buat jaga2 klo basah)
- 2. Celana 3 pasang ( 1 yang dibadan, itu tommi dipake treking,
1 buat tidur
bagus kalo trening, satu buat jaga2 klo basah) - Sapa tau ada baju andalannu, contona baju PDH nu wattu menjabat
bawami,
klo kita ana Mapala biasa bawa sragam lapangan ato PDH. - Jas Hujan/ponco
- Sleeping Bag (wajib, cari penyewaan)
- Matras (wajib, cari tempat sewa)
- Sarung
- Sandal jepit (dengan asumsi bawako sepatu buat treking, klo
pake sandal
gunungko, bawa buat jaga2 putus sandalmu. - Sepatu treking (optional)
- Kaos kaki (minimal 3 pasang sama yang di kaki)
- Sarung tangan (saya
sarankan bawa, beli saja yang bahan wol harga 5000
di pinggir jalan, bagus mitu) - Topi (optional, biasa panaski)
- Headlamp (bisa juga senter, tapi lebih bagus klo headlamp, sewa miko juga klo ada)
- Jaket, pakaian hangat.
- Alat makan (sendok, piring, gelas)
- korek gas sama korek kayu)
- alat mandi
- kantong Sampah (trash bag yang besar. bawa juga secukupnya
kantong
plastik buat pakaian kotor dan basah) - Obat pribadimu klo ada penyakit akutmu bawaki, ada minyak gosok
mu
bawaki juga. Minyak angin juga. - Pisau''
Dan terakhir dipenghujung isi email ini'
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM,mudah-mudahan dberkahi perjalanan ta'.amin
*gaya dialek khas Makassar
H-1
Sayup-sayup terasa mata ini,tapi harus segera bangkit dari
pembaringan untuk bergegas bergerak, ini kebiasaan rutin sejak 28 November 2012
saya memulai aktifitas ini.
'jumat besok saya akan kePapandayan'' sambil menggenakan sepatu saya
menyampaikan niat saya kepada kakak saya.
''bisajiko?bagaimana dengan kerjaanmu?'' logat khas Makassar
kemudian keluar dari mulut kakak saya. Sangat sadar dari benak ini dia adalah
pengganti orang tua saya selama tinggal bersamanya, yang mana baik dan tidak
untuk saya lakukan selalu jadi nasihat buat saya.
''sudahmi saya atur sama teman kantor, i.Allah bisaji''. Perkataan
'bisaji' terasa menohok dikepala ini mengingat persiapan fisik saya yang kurang
siap ditambah bawaan sakit mag yang diderita.
Selalu angan-angan dan semangat untuk bisa melalui pendakian ini
membuyarkan kekhawatiran ini. Tekat dan niat kuat akan selalu ada motivasi
untuk maju.
Berselanjar didunia maya terasa begitu dekat semua hal tentang dunia
kita ini. Dalam sekecap saja informasi mengenai gunung Papandayan sangat begitu
detil dijelaskan, bahkan foto-foto mengenai gunung tersebut serasa ingin segera
menyentuhnya secara langsung, tak sabar rasanya. Ada sedikit yang membuat hati
ini terasa tenang, mesin pencari google memberikan hasil semua tentang
Papandayan, ada tagline menarik disana 'Papandayan cocok untuk para pendaki
pemula'.
Catatan bekal perjalanan telah tercatat dengan baik, salinan dari
email yang masuk dari teman dengan rapi saya menulisnya, ini sangat penting
supaya tidak ada yang kurang. Terkadang mencatat hal-hal yang ingin kita
kerjakan itu lebih baik karna secara tidak langsung kita berdisiplin dengan apa
yang kita kerjakan pastinya lebih efektif.
Kertas putih dengan logo @work berlatar merah disudut kanan atas
jadi coretan untuk catatan ini. Pukul 18.00 waktu rutin diperusahaan ini untuk
kembali kerumah. Hal itu terkadang bisa dinikmati tepat wktu untuk beranjak
pulang jikalau tidak ada hal penting lagi untuk dikejar esok harinya, dan itu
tidak berlaku pada saya saat ini, mash bergelut dengan konsep desain lantai 5
yang harus bisa rampung, ini mulai terasa sulit sejak konsep tak tahu arahnya.
Moods dan desain yang saya sodorkan kepadanya selalu mental. Terkadang sangat
ambigu maksud yang dia inginkan dari kosep ini, berbagai metode saya terapkan
yang sesuai apa yang dikehendakinya tak kurung juga membuatnya sedikit terlihat
sreg dengan apa yang saya berikan. Okelah hari ini setelah dibahas bersama
setidaknya mulai jelas arah konsep yang akan dibangun, tak mau menunda apa yang
telah kami bahas bersama tadi segera saya kerjakan.
Workholic itulah istilah yang selalu didegungkan atau bahan candaan
oleh teman saya. Masih ingin rasanya berlama-lama diruangan ini untuk
menyelesaikan semuanya agar esok hari bisa secepatnya kembali membahas apa yang
telah saya kerjakan dari pembicaraan konsep tadi, karena ini harus secepat
mungkin diselesaikan. Hampir sekali seminggu saya bertemu client, mengeluh soal
kapan jadinya ruangan saya. Itu seakan mempertanyakan keprofesionalan kita
dalam bekerja. Konsentrasi buyar seketika juga mengingat saya harus bertemu
teman saya untuk membicarakan keberangkatan besok. Senyum simpul dan hati
tenang sebelum keluar diruangan ini, amplop cokelat memberi tanda roda-roda
kehidupan akan terus tetap berputar. Saya pernah membaca sebuah buku ' si anak
singkong' disana ada kutipan menarik yang saya rasa betul adanya 'biarlah saya
yang bekerja, teman-teman yang menikmati hasilnya'.
Sepertinya hari ini bus transjakarta tidak terlalu lama untuk
menunggu kedatanganya. Ini waktu-waktu padat para pencari rezki dikota yang
tidak pernah mati ini untuk kembali kerumah, ini selalu menjadi momok untuk
berdesak-desakan didalam bus. Berdiri saling berdesakan, bergelantungan
dipegangan bus, sesekali posisi berpindah tempat imbas arus naik turun
penumpang. Selalu terbesik dalam hati mendapati kondisi semacam ini kalau ombak
didarat itu lebih keras dibanding dilautan. keluh kesah pelayanan transjakarta
selalu jadi buah bibir bagi para penumpang, keterlambatan armada yang datang
selalu jadi bahan olok-olokan bagi mereka yang mengantri bermenit-menit bahkan
sampai berjam-jam, beberapa kondisi bus yang sudah terlihat menginjak usia
lanjut seringnya mengalami trible dalam perjalanan sangat merugikan bagi para
pengejar waktu dipagi hari. Slogan-slogan dan iklan-iklan yang selalu
diiming-imingkan oleh pengelola mulai e-ticket, penambahan armada baru belum
juga terasa hasil efektifnya. Ya solusi angkutan massal tidak selamanya
berjalan dengan lancar.
Jalan Harapan Mulia III, ini semacam nostalgia klasik dtempo hari
dengan suasana compleceted, para anak muda nongkrong, dpinggiran jalan,
sepanjang jalan ramai dengan warung yang sangat bersahabat dengan kantong anak
kost-an, toko-toko dan jasa buat kebutuhan sehari-hari ikut meramaikan. Suasana
ini sangat hangat diingatan ketika mahasiswa dulu pondokan, teman-teman di
EB12, POMD, kampus UNHAS, PKM TI UH.
Kamar dengan ukuran 2x3 meter ini menjadi saksi bisu 2 minggu yang
lalu kami bergelut dengan cerita nostalgia yang tak kunjung habisnya. Usulan
untuk mendaki menjadi topik penting saat itu, ini bukan ide lata terhadap film
yang baru-baru ini tenar 5cm. Film yang jadi bahan gugatan bagi para pecinta
alam terhadap film yang mengesankan begitu mudahnya menggapai puncak Sumeru.
Sangat sadar dari gugatan mereka mendaki alam bebas itu bukan hal mudah yang
bisa dilalui, butuh kesiapan fisik yang baik dan pengalaman medan. Bahkan
pendakian pertama yang saya lakukan di Ramma itu bukanlah hal yang mudah, tapi
bagi mereka yang sudah biasa dalam dunia ini pastilah sangat mudah melewati
jalur ke Ramma, padahal ini tidak setinggi sumeru.
Ide untuk mendaki pun sangat sulit untuk masuk dikepala saya.
Kondisi waktu dan kerjaan begitu detil menjelaskan tidak ataupun bisanya saya
ikut dalam rencana ini. Mengingat pula sabtu depan 2 maret saya harus masuk
kerja meskipun itu cuman setengah hari doang. Niat inipun saya ceritakan kepada
sesama teman-teman devisi, respon yang baik dan dukungan ngeles dikit kepada
atasan terlontar. Saya pikir masuk akal dan tidak pula merugikan kelak,
mudah-mudahan. ''gampanglah, ngeles dikit sesekali gak pa-pa, asal tau diri
aja..'' kata-kata yang sangat lekat dengan logat khas dari rekan devisi. ''tenang
aja dah pak..gampanglah'' tangkap betul apa yang saya lontarkan itu adalah
sebuah buah tangan nantinya. Kata 'oke' dari saya memberi kejelasan ide
pendakian ini kepada teman-teman. ''2 minggu depan kita ketemu dilokasi''. Dan
malam ini saya kembali berada dikamar ini bertemu teman untuk mengatur strategi
keberangkatan besok. Dhani dengan perawakan tinggi, kulit terlihat sawo matang,
sedikit kurus, seorang pemuda pecinta alam, dia juga panglima kami sewaktu
mahasiswa dulu dan sampe saat ini saya merasa seperti itu. Selalu ada motivasi
setiap melihat dirinya. Sukseslah selalu kawan.
Perut lapar memanggil untuk segerah diisi. Memilih tempat makan
sekaligus saya bisa langsung pulang saja. Saya mengusulkan makan ditempat makan
yang selama ini sangat penasaran untuk mencobanya. Mas Miskun warung makan
dengan khas jawa dengan suguhan penampilan perform musiknya sangat menghibur
dan menghilangkat penat ini dengan carut marut kesibukan di Ibukota. Candaan
dan cerita panjang lebar pun tak henti-hentinya menelan waktu ini hingga hampir larut
malam, cerita keseharian dan peristiwa kemarin jadi bahan yang tak ada
habisnya, ya perempuan selalu jadi diskusi yang tidak ada habis-habisnya dan
berlalu begitu saja.
Besok untuk mengefisienkan waktu dan bertemunya tidak saling
menunggu ditempat yang menjadi start ke Garut, mengambil carier kembali di
Kost-an teman kemudian besok pagi kembali bertemu untuk menyimpan carier di Kost-an
kemudian sama-sama berangkat kerja dan motor saya yang gunakan mengingat jarak
tempat kerja agak jauh ini untuk mengefisienkan waktu perjalanan. Pulangnya
berkumpul di Kost-an dan sama-sama berangkat ke Terminal.
Tepat pukul 22.00 lebih saya mengantar kembali teman saya dan segera
mempersiapkan bekal untuk hari esok, dengan carier dipundak segeras saya tancap
gas ke minimarket terdekat dari rumah. Catatan yang telah tertulis berurut jadi
pedoman untuk menyiapkan apa yang diperlukan, sekejap saja apa yang diperlukan
satu demi satu terpenuh tapi tidak untuk semuanya. Cemilan selalu jadi bekal
yang sulit untuk didetailkan, mengingat bawaan penyakit maag yang selalu jadi
momok. Setidaknya persiapan bekal ini tidak terlalu over pengeluaran. Setelah
semuanya terasa cukup segera kembali kerumah mengingat ini sudah larut malam.
Dengat cermat saya menyusun bekal ini kedalam carier dengan harapan tidak ada
yang terlupa.
Hari Keberangkatan
1 Maret 2013. Sepanjang malam hingga subuh ini tidur serasa tidak
begitu lelap, seakan terjaga jikalau esok pagi bangunya telat. Starategi
semalam yang kami bicarakan segera saya laksanakan, tak lupa berpamitan sebelum
memulai petualangan ini.
Bismillahirrahmanirrahim. Dengan segera saya menuju kost-an Dhani,
menyimpan carier persiapan untuk perjalanan sebentar malam. Kemudian kami berangkat
bersama ketempat kerja.
Ketempat kerja Dhani terlebih dahulu kemudian kami berganti saya
mengambil alih mengendarai motor dan melanjutkan ke kantor. Tak cukup setengah
jam saya sudah tiba di Kantor. Ini sudah kebiasaan tiba di kantor hanya OB yang
pertama saya jumpa. Jelang pukul 9.00 ruangan mulai ramai dan sibuk dengan
suara urusan masing-masing. Masih bergelut dengan konsep dan rencana lantai 5-6
yang saya tangani. Sepanjang hari itu saya sadar pikiran mulai tidak
berkonsentrasi dengan pekerjaan ini, tapi semua harus terlihat biasa-biasa saja
dan harus tetap menyelesaikan target sesuai schedule.
Pukul 18.00 kali ini saya tidak berlama-lama lagi untuk asik dengan
konsep ini. Setelah mengerjakan ibadah sholat magrib dengan bergegas saya
berangkat kembali ke Kost-an Dhani. Sepanjang jalan dengan sumringah saya
melaju sepanjang jalan dari daan mogot menuju galur cempaka putih. Ini sangat
menyenangkan sekali akhirnya saya bisa sejenak keluar dari kota yang sibuk ini
dan trip lagi. Dengan semangat saya melaju dengan cepat tiba kembali ke kost-an.
Teryata persaiapan pecking belum kelar semua, biasalah molor itu hal
wajar disekitar kita. Disana bukan hanya saya dan Dhani yang akan berangkat,
ada juga teman dhani bela-belain datang dari semarang sahabat dhani dia awa'
panggilan khas buat dia. Mahasiswa sipil yang sementara menyelesaikan studinya,
dia penikmat alam tapi bukan pecinta alam, sudah ada beberapa gunung yang telah
dia daki, Keren. Selain itu ada juga rombogan teman satu kerja Dhani alumni
STAN juga mereka Cumi panggailan khas dia, Dona dan Mita. Ini sangat
mengasyikkan sekali jadi tambah banyak teman. Cumi penikmat alam juga,
sedangkan Dona dan Mita baru kali ini ikut mendaki. Sedikit berpikir mereka itu orang-orang hebat
yang berhasil lulus dari ribuan peserta yang ingin mendaftar di Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara itu, senang bisa berada bersama orang-orang hebat ^^.
Waktu terus berjalan, dan kami sedikit molor untuk segera beranjak
dari tempat ini. Persiapan dan career semuanya sudah siap, sejenak berkumpul
dan menundukkan kepala semoga perjalanan kami bisa berjalan dengan lancar tanpa
kurang dan masalah satupun. Jam 22.30 malam kami mulai bergerak dari Jl. Harapan Mulia III, kami
memilih untuk naik transjakarta menuju pasar rebo. Dari halte galur kemudian
transit sekali untuk sampe ke halte pasar rebo. Macet pastilah kami
berlama-lama didalam bus transjakarta, didalam bus bukan hanya kami dengan
style career ternyata ada juga rombongan lain. kami pun berkenalan dan bercerita
sepanjang jalan. Oh rasa lapar pun
mulai mengantui. Tiba di pasar rebo pukul 23.25, sebuah suasana begitu padat, ini
tidak terpikir sampai seramai ini. Banyak sekelompok rombongan yang terlihat
dengan style yang sama dengan kami, ini terlihat sebuah kesepakatan bersama
untuk hari ini kita akan berkumpul di tempat ini untuk bersama-sama ketempat
tujuan, ini sangat kebetulan sekali. Sadar ini merupakan wekeend panjang buat
para mereka yang ingin melepaskan penat pastinya. Hal yang harus saya lakukan
berpikir mencari makan dulu tak tahan rasanya ditambah rasa was-was mengingat
status sakit maag yang disandang. Warung makan sudah banyak tutup hanya
berharap pada gerobak-gerobak dorong, nasi gorong jadi santapan malam ini. Waktu
semakin berjalan dan ini sudah larut malam, bus-bus yang mengangkut para
penumpang semakin sedikit ditambah yang akan berangkat begitu banyak dan
berkolompok. Tidak mungkin kita berangkatnya terpisah satu bus. Senasib dan
serasa sama tujuan Dhani dengan cakap berdiskusi dengan mereka yang terlihat
sebagai pemimpin grup agar bisa mendapatkan bus dengan tujuan yang sama
sekalian saja menyewa satu bus untuk kami semua dengan tujuan yang sama. Ada hal
menarik yang dilakukan Dhani bersama Awa membeli buah semangka bentuknya bulat
ini sangat lucu dan terdengar memberatkan mengingat career sudah sesak. Soal
ransum serahkan pada ahlinya mereka tahu apa yang bakal menarik nantinya
disana.
Untuk mendapatkan bus kosong tentunya mencarinya
di terminal tempat mangkal bus tersebut. Kamipun bertolak dari pasar rebo
menuju terminal kampung rambutan naik angkot. Setiba di kampung rambutan kami
menunggu didepan terminal kemudian Dhani bersama perwakilan rombongan yang
berbeda masuk ke dalam terminal mencari bus kosong untuk bisa dsewa. Tak lama
berselang bus pun datang. Akhinya naik bus juga, tepat pukul 23.45 kami meluncur
dari kampung rambutan menuju Garut tak tahu sampai diterminal mana nantinya
intinya sampai di Garut dulu. Tenang duduk diatas bus dengan deratan formasi
seat 3-3 kiri kanan saya berderet duduk bersama Dhani dan Awa dengan segera
saya memberikan info kepada rekan kami yang tiba duluan di Garut mereka
teman-teman dari sektor Bandung. Tidak banyak hal yang kami lakukan sepanjang
sepanjang perjalanan rasa lelah dan kantuk sangat terasa, semua tertidur lelap
bahkan saya tidak menyadari sejak kapan kernek bus ini menagih ongkos bus. Ini
perjalanan yang terasa lama sekali. Sesekali saya membuka mata dan melihat
kebalik kaca bus sudah sampai dimanakah ini, sopirnya dengan lincah melaju
kencang saat jalan lagi berkelok-kelok dan itu membuat khawatir sekali. Ada hal
menarik dari pandangan saya didepan seorang yang duduk dideretan bangku
terdepan tapi posisi duduknya menghadap kaca sepertinya dia sangat asyik
bercengkrama dan bercanda bersama pacarnya, ya itu pasti pacarnya. Hanya bisa
tersenyum melihat tingkah mereka dan sepertinya mereka belum pernah terlelap
sama sekali. Tapi tidak berselang lama saya kembali memejamkan mata berharap
bisa segera sampai tempat tujuan.
Pukul 3.55 dini hari kami akhirnya tiba di
Terminal, semua rombongan turun dari bus dan saya pun memberikan info kepada
teman yang sudah menunggu. Terminal Guntur Garut itu yang tertulis disalah satu
jejeran papan nama toko diterminal ini. Kami pun berkumpul ternyata mereka
sudah terlalu lama untuk menunggu kami tapi rasa semangat tetap masih ada.
Berkumpul dimesjid sembari beristirahat sejenak mengingat subuh segera datang
tidak banyak waktu kami untuk beristirahat lagi setalah melaksanakan shalat
subuh kami akan segera berangkat. Mesjid yang letaknya berada dibelakang
kios-kios pasar, melawati gang hanya sekitar semeter lebih lebar jalan ini
samping kiri kanan rumah-rumah yang berdempetan, dengan gaya arsitektur klasik untuk sebuah mesjid didaerah namun
cukup luas mesjid ini. Disni banyak rekan-rekan baru yang akan ikut bersama,
senior kami di Kampus ikut bergabung dalam pendakian ini bersama teman-temannya,
bertambah banyak teman deh jumlah kami pun 14 orang. Sebelum keberangkatan
kamipun mempersiapkan diri untuk bersiap-siap. Katanya untuk mencapai ke tempat
start pendakian kami harus naik angkot lagi kesana, untuk itu kami pun mencari mobil untuk bisa disewa. Suasana masih gelap
dini hari sepertinya isi perut perlu diisi sebelum berangkat. Warteg masih
banyak yang buka kamipun makan ditempat itu. Disini warga lokal berdialek sunda
terdengar sangat sopan. Karena ini merangkap sarapan pagi saya tidak terlalu
banyak makan. Setelah semuanya makan kami langsung menuju mesjid kembali untuk
menunaikan sholat subuh. Setelah semua sudah bersiap kamipun mulai melanjutkan
perjalanan kembali.
Trip To
Papandayan ‘let’s Go.....’
2 Maret 2013, Terminal Guntur Garut pukul 5.25
pagi kami bertolak dari sebuah mesjid di Terminal ini, mobil yang kami sewa
sudah siap membawa kami menuju tempat pendakian. Dengan mobil model mini bus ini
cukup menampung kami yang 14 orang ini,career disimpan diatas mobil kemudian
diikat untuk menjaga untuk lebih safety dengan lincah si sopir di bantu
rekannya menumpuk dengan rapi career-career tersebut diatas mobilnya, setelah
semua career naik dan tersusun rapi kami pun naik keatas mobil meskipun agak
berdesakan cukuplah untuk bisa sampai kesana. Saya duduk didepan samping pak
sopir berdua bersama Amir. Awalnya niatnya duduk dibelakang karena merasa tidak
sopan jika kita didepan sedangkan senior kita duduknya dibelakang ah kebiasaan
lama dari kampus selalu menghormati senior tepatnya yang lebih tua. Sedikit
lincah dan masuk akal inisiatif dari Amir untuk duduk cepat didepan melihat
kebelakang semua pada sempit-sempitan ‘kalau didepan kita tidak sempit-sempitan
dan lebih leluasa melihat pemandagan kota desa ini’ ucapan yang terlintas dari
mulutnya. Masuk akal dan benar juga, dia memang selalu terlihat hebat dari
loncatan pemikirannya saya sadari itu.
Pejalanan kami disambut hangat dengan mentari pagi
yang sedang berseri-serinya bangun dari peraduannya, cuaca saat ini cerah untuk
mengawali pendakian kami. Sepanjang jalan saya memperhatikan kota garut ini,
yah Aceng tepatnya Bupati Garut yang lagi hangat-hangatnya diperbicangkan dan
kami berada dikotanya. Kota ini cukup berkembang suasananya asri cukup padat
juga. Melewati kota kami disuguhi pemandangn sawah yang terbentang luas sebelah
kiri dan kanan sepanjang jalan poros ini. Hampir sejam lebih kami dalam
perjalanan dan kamipun berhenti di sebuah titik pemberhentian dari mobil
ini,ternyata hanya sampai disini sang sopir bisa membawa kami. Terlihat sebuah gerbang dengan struktur besi bertuliskan
‘Kawasan Agro Politan Kec.Cisurupan Kab.garut’. Disini kami turun dan harus
nyambung naik mobil lagi masuk melewati gerbang itu. Disana terlihat sudah ada
berjejer mobil-mobil pengangkut dengan type pick up dan disini semua yang ingin
naik keatas berkumpul, terlihat banyak kelompok-kelompok yang akan ikut mendaki
juga. Sepertinya ini sudah jadi kebiasaan bagi warga disni melayani para
pendatang yang akan mendaki di Papandayan dan jadi mata pencaharian mereka
juga. Tidak banyak mobil pick up yang siap untuk naik membawa para
pendaki-pendaki ini termasuk kami. Untuk mengefisienkan waktu karena jumlah
kami banyak dan mobil ini tidak bisa membawa banyak penumpang untuk naik ketas
maka kami berbagi Dhani dan Awa akan berangkat duluan bersama rombongan lain
dengan mobil yang berbeda ini sudah diatur mereka berdua mengingat mereka lebih
berpengalaman dalam hal ini. Nantinya mereka akan lebih dulu sampai dipos camp
untuk segera mendirikan tenda dan sisanya kami yang 12 orang dalam satu mobil
bersama. Merekapun berangkat duluan, kami istirahat sejenak ini dipersilahkan
oleh sopir pickup sebelum berangkat. Mengisi perut dan buang air sepertinya
jadi hal yang penting saat ini. Setalah semua beres kami bersiap untuk
berangkat tapi kami tidak sendirian ternyata ada lagi empat orang yang ikut
mobil ini. uuu semua jadi sempit semacam barang yang ditumpuk bersama dalam bak
mobil pickup. Semua mengambil posisi masing-masing pastinya dengan posisi yang
safety dan saatnya berangkat kawan ^^.
Pukul 7.00 pagi kami bertolak dari titik ini
Cisirupan menuju lokasi start pendakian. Perjalanan begitu mengasyikkan sekali
lagi kami disuguhi oleh pemandangan alam pegunungan yang menarik, saya paling
senang wisata alam karena kita bisa melihat indahnya alam kita ini ciptaan sang
pencipta. Ternyata tidak semulus yang apa kita pikirkan dengan jalan mendaki
kodisi jalan yang rusak dan bergelombang memuat kami meski menahan badan untuk
tidak terhempas dari mobil ini, dudukpun tidak terasa nyaman mobil yang melaju
kencang membuat kami berjoged bersama pontang panting menahan sakitnya bandan
ini berbenturan dengan plat besi body mobil. Ini pederitaan bersama yang seru
hahaa. Mungkin kami terlalu banyak diatas mobil ini sesekali kami turun karena
mobilnya tidak kuat mendaki kelebihan beban resiko lah sekalian pemanasan
sebelum mendaki LOL.
Akhirnya kami tiba ditempat titik start menuju
camp. Terbayar sudah perjuangan kami untuk sampai disini dengan suasana
sekeliling tertutup gunung dan disana terlihat banyak kawah dan berasap
belerang. Disni semua para pendaki berkumpul
naik ke gunung Papandayan ini, ramai betul, like this. Tak afdol kalau
tidak berfoto dulu ditempat ini moment to remember. Semua mempersiapkan diri,
membawa career masing-masing jangan sampai ada yang terlupa diatas pickup, ke
toilet itu penting. Disini terlihat berderet warung-warung dan fasilitas WC
umum bagi para pengunjung. Setelah semua beres-beres kami berkumpul dan berdoa.
Sedikit lucu sepanjang pertemuan dan perjalanan kami kesini kami semua belum
kenal nama masing-masing, perkenalan diri masing-masing kemudian berdoa.
Oke kamipun berangkat jejak langka demi langkah
mulai merekam perjalanan kami menyusuri gunung ini, cuaca terik angin berhembus
cukup kencang begitu menjanjikan perajalanan yang menarik hari ini.
disekeliling tampak kawah yang mengeluarkan asap jadi tontonan yang sangat
mengasyikan sepanjang perjalanan hal ini membuat kami sesekali mengambil gambar
untuk berpose disana. Kawah yang mengeluarkan asap bau belerang memang cukup
menganggu, untunglah pesiapan masker selalu ada. Awal perjalanan langkah ini
masih terasa ringan namun lama-kelamaan mulai berat dan sesak juga. Saya
mengambil posisi terdepan mengingat kondisi fisik bakal gos-gosan ini strategi
yang cukup baik karena kita punya sedikit waktu untuk istirahat sejenak sebelum
rombongan yang dibelakang mendekati kita. Jagan pernah menyusahkan orang lain
gara-gara kita akibatnya perjalanan akan lamban sampai tujuan. Teknik berjalan
zig-zag jadi pilihan agar tumpuan pada lutut untuk mengangkat beban badan tidak
terlalu berat ini saya lakukan sendiri. Cukup jauh saya bersama Abin dan Amir
meninggalkan rombongan dibelakang ini menguntungkan kami bisa beristirahat lebih.
Sadar kami tidak tahu arah jalan menuju camp, tapi disini ramai orang-orang
jadi kami bertanya saja atau mengikuti jalur mereka. Ternyat ada 2 jalur untuk
menuju camp lewat hutan kayu mati namun menanjak atau jalur lewati menyusuri
hutan gunung ini jalur yang biasa dilewati. Kami bertiga memilih jalur hutan
kayu mati itu sudah terlihat didepan mata dan kami mengikuti orang yang lewati
itu. Terlihat dari kejauhan memang menanjak tapi step by step kami melaluinya.
Sepanjang pendakian saya berhenti untuk beristirahat tidak kuat rasanya
cepat-cepat, namun pemandangan dari posisi tampat ini sangat indah sekali tak
lepas kamera ini ditangan untuk mengambil gambarnya. Dan akhirya dengan
semangat yang gigih bisa capai puncak hutan kayu mati. Career saya lepas dari
pundak duduk sejenak melonggarkan nafas. Wow ini keren sekali kawan padang
hutan kayu sepertinya sisa-sisa dari bekas letusan gunug ini menjadikannya
sangat eksotik tanahnya putih berbau belerang. Tak habis-habis rasanya kami
berfoto ditempat ini, tapi perjalanan harus tetap dilanjutkan. Kami hampir saja
kehilangan jejak yang dari orang-orang
yang melewati jalur ini. Oh sedikit insiden kecil mengenai saya, saat langkah
ini menginjakkan kaki ke jembatan kayu tiba-tiba kaki saya keram, shit..hal
biasa terjadi pada betis ini, mengakibatkan orang lain terganggu untuk lewat
dan sedikit panik. Dengan kuat saya menyeret kaki ini untuk menepi sejenak,
beberapa detik berselang mulai normal kembali. Pemanasan dan perenggagan itu
penting sebelum melakukan kerja otot yang berat. Akibatnya kami betiga
tertinggal dengan orang-orang yang lain, sedikit panik namun tanda/kode yang
sengaja dipasang dalam jalur ini menuntun kami ke jalur yang benar. Kondisi
medan mulai datar hanya sedikit saja yang mendaki. Didepam terlihat ada sungai
dan padang rawah dan pepohonan ternyata menyeberangi ini didepanya kita sudah
berada di Camp. gud job kawan, keren sekali.
Pondok Salada merupakan nama post ini. Disini
semacam lembah yang dikelilingi oleh pegunungan, para pendaki mempersiapkan
campnya disni. Ini sangat ramai sekali semacam kegiatan berkemah bersama ^^d
seruuuu... Kami bertiga masuk ke pondok Salada dan disana terlihat Dhani dan
Awa telah menunggu kami, ternyata kami betul-betul meninggalkan rombongan
dibelakang baru kami bertiga yang sampai di post ini. Satu tenda belum
terbangun saatnya beraksi dan mempersiapkan yang lainnya. Saat asik-asiknya
mempersiapkan campnya barulah tiba rombongan kami. Jangan pernah meninggalkan
rombongan karena itu membuat yang lain khawatir. Swry kanda ^^v pisss. Mereka
melewati jalur yang berbeda sepertinya agak lebih jauh rute yang mereka lalui.
Menuju
Puncak (napak tilas)
3 Maret 2013 Besok kita punya rencana menuju
puncak Papandayan. Malam berganti pagi dan cuaca cukup dingin di Pagi itu, kita
harus bergerak supaya badan ini tidak terasa kaku. Sebelum berangkat kami
sarapan dulu ala koki gunung asik sekali. Setalah persiapan sudah siap camp
dtutup dan diamankan tapi disini sepertinya yang ngecamp saling menjaga. Kami
bertujuh mulai berangkat menuju puncak, sebelumya rombongan teman-taman senior
dari bandung tidak ikut bermalam mereka cuman sehari saja disini kemudian sore
kemarin hari itu sudah balik lagi. Berfoto dulu pastinya bersama rekan dari
camp tetangga. Let’s go perjalanan pun dimulai kembali. Untuk menujuu puncak
kami akam melewati padang edelweis yang katanya indah sekali, rata-rata orang
yang berkunjung kesini hanya sampai di padang itu tidak melanjutkan ke puncak.
Cuaca hari itu cukup bersahabat matahari begitu cerah namun tidak khawatir akan
turun hujan pun tidak bisa diabaikan, maka persiapan ponco atapun jas hujan
selalu siaga mengingat sore kemarin hari itu turun hujan cukup keras.
Perjalanan dimulai dengan melewati rawah sungai
keluar dari pondok salada kemudian kami menjumpai kembali jalur hutan kayu
mati, sepanjang jalan tak henti-hentinya kami mengambil foto bersama disetiap
ada yang menarik untuk berfoto. Terlihat jalur ini cukup ramai dari orang-orang
yang baru saja turun dari atas beberapakali kami berpapasan dari rombongan-rombongan
orang lain. Melewati suasana pohon kayu mati kemudian mulai dijumpai
pohon-pohon lebat dan besar medannya pun tidak terlalu terjal menanjak tapi
cukup bikin gos-gosan. Sekali lagi saya mengambil langkah panjang supaya berada
diposisi terdepan yang lain berada dibelakang. Saya sadar ini tujuannya sama
dan jalurnya pun hanya satu jadi tak apalah meninggalkan teman-teman mengingat
saya mengikuti Amir yang kemarin sudah ke padang edelweis menemani senior-senior
jadi dia tahu medannya. Sesak juga nafas ini dan belum sampai-sampai pula, dan
didepan sana ada tanjakan yang katanya cukup berat namanya Tanjakan Mamang,
lucu juga yah mungkin yang buat jalur tanjakan ini si Mamang hihihi.. Ternyata
cukup gila ini menanjak sekali butuh ke empat kaki dan tangan untuk melewati
medan ini. Semangat dan tekat perlu untuk segera sampai ketujuan, beberapakalli
kali berpapasan dengan orang-orang yang turun dari atas sehingga sesekali
berhenti bergantian memberikan jalan yang mau lewat soalnya jalurnya agak
sempit. Dengan perjuangan akhirnya bisa sampai dipadang edelweis.
Tegal Alun tempat ini semacam dataran datar
ditumbuhan tumbuhan edelwies yang membentang luas sangat indah sekali kawan
sayangnya kami datang bukan saat tumbuhan itu berbunga katanya lebih indah lagi.
Kami berdua yang sampai duluan memanfaatkan waktu untuk mengambil gambar dan
berfoto ditempat ini. Suasana saat itu masih ramai dari orang-orang yang berkunjung.
Sudah lama terasa kami dsini untuk berfoto tapi teman-teman yang lain belum
juga muncul, ini lama sekali mengingat jarak kami rasanya tidak terlalu jauh,
sudah lelah untuk berfoto dan udara sangat terik di alam terbuka ini, kami
menepi dan beristirahat. Tak lama berselang mereaka pun datang akhirnya..mereka
membawa bekal minum sangat haus sekali dahaga ini, tapi Dhani tak terlihat
dalam rombongan ini ternyata dia mesti kembali untuk mengambil ransum,
nesting,dan kompor untuk persiapan makan siang dijalan mengingat diantara kami
ada yang punya sakit maag termasuk saya. Menanti dia datang kamipun kembali
berfoto bareng-bareng lagi mengabadikan moment ini. Saat itu sangat
mengasyikkan sekali ini liburan yang luar biasa sangat menarik bersahabat
dengan alam itu sangat menyenangkan maka lestarikanlah alam kita kawan.
Dengan jantan Dhani membawa kebutuhan untuk saat
itu,dia memang orang yang luar biasa. Kemarin saja dia mesti mengantar
senior-senior ketempat ini kemudian melanjutkan mengiringinya pulang turun ke
bawah dengan kondisi hujan deras jelang magrib dia baru sampai di camp. Selalu
lah terliha kuat kawan karena dirimu memang kuat. Kami berkoki ria disudut
padang edelweis ini sebelum melanjutkan kembali perjalanan menuju titik tujuan
akhir puncak papandayan. Semua ransum yang ada diracik jadi satu hasilnya cita
rasa yang luar biasa dipadu dengan hangatnya kebersamaan saat itu. Semua
kenyang dan siap untuk melanjutkan langkah dipadang yang luas ini kami berjalan
menuju gunung yang terlihat ditumbuhi pohon-pohon lebat disana. Ini terlihat
ekstrim tapi seru cuman rombongan kami yang terlihat dipadang yang luas ini
berjalan tanpa tanda atau jalur yang dibuat akhirnya kami berada diujung padang
dataran ini dan telihat menurun menuju sungai yang membatasi dataran padang ini
dengan hutan yang ada didepan kami. Istirahat sejenak untuk melepas lelah air sungai
ini terlihat sangat segar ditumbuhi rerumputan dipinggir-pinggirnya. Kami
mengisi beberapa botol air untuk bekal air minum ini sehat untuk diminum kalaupun
terjadi kontaminasi dan detoksi dalam perut itu belakangan urusanya tapi alam
ini tidak terlalu kejam untuk hal seperti itu hope. Berfoto ditempat ini
pastilah.
Cuaca terlihat mendung kami kemudian malanjutkan
langkah untuk masuk kedalam hutan didepan kami tertancap sebuah patok
bertuliskan ‘puncak’ dengan arah panah kekanan dari posisi kami berdiri. Kami
berjalan mengikuti arah tersebut ditepi kami berjalan berurutan menikuk keatas
dan mulai masuk kedalam pohon-pohon tersebut disini terlihat jalurnya cukup
jelas namun beberapa yang sudah tertutup dan terhalang tumbuhan ataupun ranting
pohon. Jalur ini terlihat jarang dilalui kami pun menyusuri tiap irama jalur
ini medannya tidak terlalu menanjak sesekali menurun dan datar kembali. Suasana
saat itu cukup tenang senyap hanya suara langkah kami sepertinya hanya kami
yang ada diposisi saat itu. Kalaupun diibaratkan kami ini semacam tim rescue
misiya mencari korban hilang dihutan ini, ada-ada saja yah. Sepanjang jalan
hanya pohon-pohon dan semak-semak dipinggiran kami yang terlihat jarak pandang
kami terhalang oleh pepohonan kecil, sesekali kami jumpai pohon yang rebah
menghalangi jalan itu. Lelah juga rasanya berjalan menjumpai area yang cukup
luas sesekali beristirahat. Perjalanan terus berlanjut kami semakin dalam namun
jalur ini selalu terlihat menepi kepinggir ketinggian dari kaki gunung ini,
semakin jelas posisi kami saat itu terlihat tempat camp kami bahkan jalur
pendakian dari awal juga terlihat dari sini sangat laur biasa sekali kami
berada di ketinggian dengan pemandangan yang indah. Terus berjalan kamipun
mulai mendapati jalur menanjak dan itu terlihat terjal dan jauh sekali disini
kami berpapasan dengan rombongan yang turun dari puncak ternyata bukan hanya
kami hari ini ke puncak. Butuh tumpuan yang kuat dan bantuan tangan dan kaki
untuk melalui medan mendaki ini jalurnya sempit dan bebarapa yang terlalu dekat
dengan juram perhatikan langkahmu. Titik akhir dari tanjakan ini sangat jelas
terliahat diatas harus bisa mencapai puncak itu ini semacam perjuangan yang
sungguh jelas kepastian yang akan kita capai. Dan kami pun sampai dari disebuah
titik itu dan tetap saja masih berjalan lagi dengan medan cukup datar dan
bergelombang. Wow kami akhirnya menemukan pemandangan yang indah saat itu
dengan kondisi medan datar dengan pandangan
terhampar jauh kedepan dan kami berada di sebuah ketinggian yang
pemandangan indah sekali keren sekali kawan. Ternyata ini hanyalah puncak
bayangan tepat tertulis dsalah satu pohon yang ada disitu, dan terlihat jalur
yang mengarah melewati tulisan tersebut. Tapi saat itu pemandangnnya indah
sekali subahanallah alam ciptan sang Maha Kuasa ingin rasanya berlama-lama
disana tentunya moment ini tidak kami lewatkan berfoto bersama sungguh luar
biasa sekali bagi saya penikmat alam pemula ini, bagaimana dengan mereka yang
hidupnya sudah dia gantungkan untuk menikmati alam ini telah menjajah beberapa
gunung yang ada di bumi ini. Tapi ini pengalaman yang luar biasa sekali bersama
rekan-rekan yang luar biasa juga. Sebuah pelajaran yang dapat diambil hidup ini
semacam mendaki sebuah gunung perjuangan mencapai puncak yang telah terlihat
namun akhirnya bukan yang kita harapkan jangan sampai surut semangat itu dan
tetaplah berjalan untuk terus berjuang karena didepan sana ada titik terang
kawan, jangan pernah kembali kebelakang
mundur berarti gagal dari niatmu yang telah kau perjuangkan dan itu sia-sia
sekali.
Puncak bayangan ya itu jelas tertulis dipohon
tersebut dan terlihat jalur kedepan lagi. Setelah puas menikmati suasana
ditempat itu kamipun segera melanjutkan kembali perjalanan. Saya salud dengan
perjuangan Mita dan Mona meskipun seorang perempuan tapi semangat dan fisiknya
cukup kuat untuk melalui medan ini padahal baru kali ini mereka ikut mendaki
gudjob mantap ^^d. Berjalan kembali untuk mencapai puncak, sebelumya ada hal
konyol yang terlontar dari kalimat Amir saat itu, saat sampai di puncak
bayangan hanya kami berempat Mona, Cumi, dan Amir dan ini memang terlihat sudah
dekat dari bayangan dia mengatakan ‘tungguma saja disini kayaknya dekatmi
puncak dari sini kalau tidak mau sampai dipuncak’ *dialek Makassar) melihat
Mona didampingi Zulmy alias Cumi terlihat kelelahan dan beristirahat, tapi
ternyata saat perjalanan ke puncak masih jauh keatas dan itu diluar perkiraan
kami awalnya, lawakan ini cukup menggelikan saat perjalanan ‘inimi dibilang mau
ko ditunggu dekatji haha’ kata yang saya lontarkan kepada Amir. Menuju puncak
memang terlihat sulit sekali lagi kami harus melalui tanjakan yang cukup
menanjak keatas tapi rasa semangat untuk mencapai puncak itu harus bisa. Step
by step kami melalui tanjakan itu dan kami kemudian berada dijalur mendatar
berjalan kembali. Ini pernyataan Dhani sementara dalam perajalanan terkadang
puncak gunung itu biasa-biasa saja dia berada diarea dataran yang sempit bahkan
tak terlihat kita berada ditepi dengan pemandagan yang terjal kebawah. Berjalan
terus menyusuri jalur ini dan disana tepat didepan kami terlihat tanda
bertuliskan puncak papandayan, yah dititik itu sebuah tulisan yang dipasanag
disebuah batang pohon dpinggiri jalur yang kami lewati dan itu betul kami telah
berada di puncak papandayan. Dengan suasana disekeliling terhalang oleh
batang-bantang pohon terlihat agak jauh disana tepi dataran ini untuk melihat
pemandagan dibawah, perjalanan kamipun terhenti sampai disini puncak
papandayan.
Bersahabat dengan alam itu baik, mari jaga
lingkungan dan hutan kita agar tetap lestari keindahan dan kebersihannya. Its
beautifuuul adventure keren sekali kawan.
kami menuju pondok salada |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar