Sedikit perlu diperhatikan tentang vandalisme, terkadang secara tidak langsung ruang-ruang ini banyak dsekitar kita bahkan kita sendiri yang merancangnnya.
Vandalisme adalah
kejahatan yang sering diasosiasikan dengan lingkungan urban dan situasi
kota besar yang penuh kekekarasan. Dibalik semua citra itu ternyata
jenis kejahatan ini sering juga kita jumpai di interior bangunan,
terutama interior bangunan public seperti terminal, rumah makan, kantor,
kampus serta sekolah. Tempat tempat yang menjadi sasaran vandalism di
interior bangunan sangat bervariasi tapi secara umum tembok, pintu, meja
dan kursi adalah tempat utama bagi sasaran vandalisme.
Tempat atau sudut sudut
yang menjadi sasaran vandalisme pada umumnya adalah tempat yang kurang
mendapat pengawasan. Kurangnya pengawasan ini bisa disebabkan oleh dua
hal, yang pertama adalah sifat ruang itu sendiri yang tidak memungkinkan
pengawasan secara intensif. Contoh dari ruang ini adalah kamar mandi
dan WC umum. Kedua tempat ini tidak mungkin diawasi secara lekat karena
melanggar aturan privasi penggunannya. Akibatnya di kamar mandi dan WC
umum sering kita jumpai coretan coretan ataupun jenis pengrusakan
property seperty pintu dan wastafel. Sebab kedua hasil dari desain ruang
yang bersifat residual atau sisa sisa ruang. Ruang ini biasanya adalah
ruang belakang atau sudut sudut yang kurang menarik.
Sasaran vandalisme secara teoritis
merupakan tempat yang dirasa “kurang diperhatikan” atau setidaknya
menurut pelaku vandalisme tempat tersebut tidak terlalu mendapat
perhatian utama. Faktor lain yang mendorong vandalisme adalah “pancingan
awal” yang bersifat mengundang. Pancingan ini bisa berupa kerusakan
kecil yang diabaikan atau tidak segera diperbaiki. Kerusakan kecil ini
memberi stimulus bagi pelaku vandalisme untuk melakukan aksinya karena
mereka “membaca pesan” bahwa tempat tersebut terabaikan. Adanya coretan
awal dimuka dinding akan memancing pelaku lain untuk “berkreasi” jika
tidak segera ditangani.
Memerangi vandalisme adalah hal yang
sulit dilakukan namun bukan berarti tidak bisa. Beberapa konsep desain
menawarkan solusi untuk meminimalisir dampak aktivitas liar ini. Salah
satu cara yang dikembangkan adalah membuat desain yang “tidak
mengundang” bagi pelaku vandalisme. Prinsip ini dilakukan dengan
berbagai macam strategi diantaranya member penerangan yang cukup disudut
sudut ruang, menghias space kosong agar terlihat terawat dan berguna,
menerapkan bahan anti gores seperti stainless steel. Semua strategi ini
harus dikombinasikan dengan psikologi pelaku vandalisme dan diterapkan
secara simultan.
Pelaku vandalisme pada umumnya melakukan
aksinya ketika pengawasan dari pihak lain dirasakan kurang. Pemasangan
kamera CCTV tentu bisa membantu akan tetapi ruang seperti kamar mandi
dan WC tentu tidak mungkin menerapkan solusi ini. Satu hal yang menarik
adalah bahwa kamar mandi umum di Mall mewah lebih jarang menjadi sasaran
vandalisme katimbang kamar mandi umum terminal bis antar kota.
*dkitup dari http://artbanu.wordpress.com/2011/09/08/vandalisme-dalam-desain-interior/